Orang Asing Yang Lama Aku Kenal
Pertemuan mengawali
semuanya. Ia biasa saja, dengan lesung pipi yang pantas. Ia gampang tersenyum, kadangkala aku
menduga itu bukan senyuman.
Ia pandai,
tangkas dan berpikiran maju. Seorang wanita dengan karakter semacam itu siapa
pula yang tak jatuh hati? Tapi aku belum. Ada kabut yang menyelimuti pada
setiap pembawaannya. Dan itulah yang selalu membuatku tertarik dan mencoba
mengawali obrolan. Selalu gagal.
Namun pada
pertemuan. Entah apa yang membawanya memenuhi undangan diskusi malam itu. Ia datang
sendirian, tentu saja aku harus menghampirinya terlebih dahulu. Maklum ia orang
baru di kota ini. Tapi entah ada apa ia penurut atau bagaimana? Ia seperti yang
aku ceritakan di atas; menyimpan kabut.
Kami hanya
mendengarkan diskusi yang sedang berlangsung. Kami bersandingan. Tapi tak ada
pembicaraan. Diskusi membahas Militerisme yang kian merasuk ke semua lini,
termasuk kursi-kusri dewan di mahasiswa. Mungkin saja ia tak mengerti soal
diskusi yang sedang berlangsung. Akupun sama. Dalam hati aku bicara “bahasa
melangit, padahal mereka aktivis”.
Aku ngecek gawai. Membuka sandi dan
mematikannya. Dan begitu seterusnya. Sebelum memututuskan untuk mengirim pesan ke seseorang
dan mengabari “aku baik-baik saja”. Tapi aku melihat photo profile orang yang ada di sampingku. Seorang laki-laki lengkap
berseragam dan masuk kategori militer. Pertama aku mikir “tentu itu ayahnya”. Yang
kedua “ini kesan pertama yang buruk, kenapa saya ajak pergi ke diskusi beginian, payah”.
Sesuatu harus
dipecahkan. Aku memberanikan diri bertanya:
+ “ayahmu?”
+ “ceritanya panjang”
Aku diam. Pertama
aku aman, berarti itu bukan ayahnya dan kedua aku berpikir yang bukan-bukan. Tapi
seseorang disampingku adalah orang baik. Jadi aku putuskan diam saja.
+“jika ada waktu aku akan
bercerita” tawarnya.
Ini sesuatu yang
aneh. Tak biasa ada orang menawarkan hal semacam itu. Apalagi, aku dan dia
orang asing bagi masing-masing.
Jika benar ia
bercerita: maka kecerobohan, dia bercerita kepad orang asing. Juga kecerobohanku
mau mendengar cerita orang asing.
Beberapa malam
berselang. Kami memutuskan tempat dan mulailah bercerita. Kecerobohan telah terjadi.
Bla..bla. sesuatu terjadi pada otakku. Sejarah selalu terkait dengan sejarah
lain, meskipun lebih kecil. Begitu pula dengan pristiwa ini. saya diterbangkan
pada masa silam. Saya melihat pristiwa yang pernah terjadi pada saya. Saya sudah
pernah mengenal wanita yang sekarang dihadapanku. Dengan cerita yang sama tapi
berbeda sebab. Aku mengenalnya. Dia orang asing untukku tapi terasa ia orang
lama yang mengenalku.
Jadi Apa Kabar Ma-mu?
0 komentar: