Aku dan Edukasi
Ngomong-ngomong soal LPM Edukasi saya tidak akan berbicara soal sejarah, peran dan beberapa pendapat orang yang terus mengagungkan Edukasi. Saya akan lebih suka berbicara bagaimana saya mengenal edukasi dan bagaimana saya bisa masuk disitu.
Saya rasa, tulisan ini akan saya awali dengan kesan pertama saya di
Edukasi. Saat wawancara, tepatnya pada bidang psikotes, kebetulan disana saya
ditanya oleh Mas Taat (teman LDR dari salah satu kru Edukasi juga). Pada tes
wawancara tersebut, ia pernah mengatakan begini “apakah kamu sanggup mengkritik
dosen sampai nanti di DO?”. Dan mungkin dari kata-kata itu juga yang membuat
saya semakin yakin di Edukasi, sampai nanti lulus atau di DO.
Kesan di eduaksi selanjutnya, saya dapat di workshop. Masih melekat
betul dalam ingatan saya, pada saat workshop tersebut, bukan soal
pengalaman hunting berita atau lemburannya, tapi anehnya ada salah srorang
cewek yang curhat dengan saya secara tersirat ia menemukan belahan jiwanya di
edukasi. Dan pada hari-hari selanjutnya orang ini semakin akrab bahkan beberapa
kru mengganggapnya mereka pacarnya. Tapi berangkat dari sana, sekarang saya
sadar bahwa sebuah cinta harus di ikat dengan status yang jelas, jadinya tidak
seperti wanita ini.
Lanjut, dengan kesan ketiga. Kesan pertama mungkin saya dapat pada
sosok besar dan hangat. Kalau kami jalan berdua bahkan ada yang mengatakan
seperti film animasi (Masha And The Bear). Mas Fahmi (PU Edukasi yang mau
lengser), mungkin kawan-kawan OPAK 2014 mengenal orang ini sebagai lelaki yang
lantang mengatakan “adik-adik”. Tapi kalau di edukasi, dia lebih di kenal
dengan orang yang menakutkan, kata temen mulai dari tatapam matanya sampai
pasang muka serius. Tapi bagi saya mas Fahmi adalah idola terdekat saya. Dengan
segala jiwa gaplek-i nya itulah yang membuat saya mengidolakannya.
Lantas ada dua si kembar dari Edukasi Aam dan Baihaqi. Kedua orang
ini merupakan orang terlahir saling bersebrangan karakter. Mas Aam, dengan
logat dan watak khas Rembang dan Mas Baihaqi, dengan lemah-lembutnya lelaki
keraton, rasanya pantas jika kedua tokoh ini disejajarkan. Kalau didalam
film-film adalah tokoh antagonis dan protagonis. Mas Aam dengan segala ke
anehannya kecerdasannya, dengan nada tingginya saat bicara. Sedangkan mas Baihaqi,
pinter sih, tapi lugu kalau bahasanya oplah-oploh. Gak salah jika satu
orang ini tempat pembulian dari kedua tokoh diatas.
Jangan lupakan juga, jika ada mas Aam dan Mas Baihaqi, pasti disana
ada Mbak Agita. Bisa dikatakan Mbak Agita merupakan oase di antara mereka
berdua, maklum cuy bening. Tapi sayang sih LDR. Nah wanita yang sering
muncul di Edukasi ini di gadang-gadang sebagai PU masa depan. Dan kalau didalam
film, dialah tokoh Tritagonis. Tokoh yang menengahi di antara kepolosannya mas
Baihaqi, keanehan mas Aam, dan gaple’i ne pak PU. Tak jarang wanita
pelaku LDR ini menjadi tempat pembuliannya juga.
Itulah kesan saya di Edukasi. Meskipun saya baru orang awam dan
orang di bilang masih ingusan, tapi aku tetap optimis suatu hari nanti aku bisa
menjadi seperti mas Fahmi (besar dan hangat). Kalau kata seponsor “menatap masa
depan”. Kata-kata yang pantas untuk menutup tulisan ini tidak lain-tidak bukan “ampun
senior”
0 komentar: