Kau Kirim Hujan Lewat Ponselku
Andaikan saja kita tak pernah berurusan dengan waktu, jarak dan
mimpi. Mungkin tiada dongeng yang membuat malam ini menjadi lama betul. Menumpuk
buku dan langit menjadi satu hal terindah kala ketukan pintu itu menjadi sangat
jelas.
Engkau lebih suka berdiri lama dihadapan pintu dan sesekali
memukul-mukul rindumu yang tak pernah tenang.
Hari ini beberapa orang bisa saja mengubah wajahnya menjadi bunga
yang rekah dan segar. Karena mereka tau hujan yang telah terkirim pada ponsel
dan dering telpon mereka. semisalnya kopi malam ini, aku menenangkannya dan
menambahkan gula agar engkau tak selalu hambar bagiku.
Bagaimana dengan senjanya? Apa engkau juga mengubahnya menjadi mawar yang baru saja di ceritakan oleh Aam.
Aku juga sama ubahnya orang-orang. Kau kirimi aku hujan lewat derit
telponku saat pagi masih dengan tongkat tebutaan. Mungkin lebih menyusahkan
malaikat kala doamu setinggi langitmu.
Masih dengan harga yang sama, aku adalah kabut serta darah yang kau
ceritakan pada kemudian hari. Dan setia di batang pohon kala engkau pergi dengan
cahaya langit yang sebentir matamu.
0 komentar: