Gelas-Gelas Kosong

01.07 , 0 Comments



ada peperangan sekarang. antara malam juga diri sendiri. dengan pikiran sa’ambreg membuat malam ini kian panjang saja. peperangan ini seolah telah dimulai sejak kita mengenal siapa yang harus dibunuh pada masing-masing diri kita. saya hanya menyediakan catatan agar saya tahu siapa yang telah tumbang disini. gelisah, kurang tidur atau minum-minuman yang tandas akibat obrolan sampah yang lupa disapu

apa yang kita pertanyakan selama ini dalam peperangan yang tak berujung ini? apakah aku bisa membunuh seseorang melalui otak mesumku dan puisi absurt, yang kadang aku pentalkan bersama lisan. “rindu yang tak sampai ke batu….dududu” bisakah itu membunuh segalanya. karena peperangan sudah dimulai. jika itu sudah usai entah apa yang aku dapatkan? aku akan dipihak yang menang atau yang kalah? seperti tragedi Mesir dan Israel saat tanggal  5 juni.

Mesir menelan kekalahan dan Israel mengemas kemenangan. Tapi aku tidak harus memihak yang mana. peperangan sudah dimulai. dari egoism, sampai pembunuhan atas orang lain yang jauh dari kita. “aku pembunuh, aku pembunuh” malam ini seolah bising sekali. dengan desing peluru dan segala kabel cesh hape yang bunuh diri keterminal dan lampu yang mati karena ia menyerahkan diri ke saklar. jadi siapa pengecut dan penghianat sekarang? cesh hanya ingin menolong hape tapi bagaimana dengan lampu? apa yang ia tolong sekarang ketika ia memilih mati.

sejarah mana yang mencatat dengan hebat ini pahlawan, menulis dengan jujur ini pengecut. apa negara ini sudah dengan begitu pada kesehatan otak kita. “pakailah sekarang otakmu” katanya sambil menyematkan helm perang hari ini. “aku harus pulang kemana?” ucapku ragu “siapa yang harus aku bunuh? malam ini?” aku penasaran.

nging………..speker masjid itu belum dimatikan dan gak ada jawaban apapun. aku sudah  sedang membunuh siapa? aku celngukan. gelas suda tandas rupanya. “tuhanku dalam termangu aku masih mengingat namamu” deru dari dada seorang penyair merambat pada dadaku. siapa yang harus aku bunuh? masih tak ada jawaban rupanya. sampai aku jadi arang dan abu. seperti kata pepatah “menang jadi arang kalah jadi abu”

afifi

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard. Google

0 komentar: