Gelas-Gelas Kosong
ada peperangan sekarang. antara malam juga diri sendiri.
dengan pikiran sa’ambreg membuat malam ini kian panjang saja. peperangan ini
seolah telah dimulai sejak kita mengenal siapa yang harus dibunuh pada
masing-masing diri kita. saya hanya menyediakan catatan agar saya tahu siapa
yang telah tumbang disini. gelisah, kurang tidur atau minum-minuman yang tandas
akibat obrolan sampah yang lupa disapu
apa yang kita pertanyakan selama ini dalam peperangan yang
tak berujung ini? apakah aku bisa membunuh seseorang melalui otak mesumku dan
puisi absurt, yang kadang aku pentalkan bersama lisan. “rindu yang tak sampai
ke batu….dududu” bisakah itu membunuh segalanya. karena peperangan sudah
dimulai. jika itu sudah usai entah apa yang aku dapatkan? aku akan dipihak yang
menang atau yang kalah? seperti tragedi Mesir dan Israel saat tanggal 5 juni.
Mesir menelan kekalahan dan Israel mengemas kemenangan.
Tapi aku tidak harus memihak yang mana. peperangan sudah dimulai. dari egoism,
sampai pembunuhan atas orang lain yang jauh dari kita. “aku pembunuh, aku
pembunuh” malam ini seolah bising sekali. dengan desing peluru dan segala kabel
cesh hape yang bunuh diri keterminal dan lampu yang mati karena ia menyerahkan
diri ke saklar. jadi siapa pengecut dan penghianat sekarang? cesh hanya ingin
menolong hape tapi bagaimana dengan lampu? apa yang ia tolong sekarang ketika
ia memilih mati.
sejarah mana yang mencatat dengan hebat ini pahlawan,
menulis dengan jujur ini pengecut. apa negara ini sudah dengan begitu pada
kesehatan otak kita. “pakailah sekarang otakmu” katanya sambil menyematkan helm
perang hari ini. “aku harus pulang kemana?” ucapku ragu “siapa yang harus aku
bunuh? malam ini?” aku penasaran.
nging………..speker masjid itu belum dimatikan dan gak ada
jawaban apapun. aku sudah sedang
membunuh siapa? aku celngukan. gelas suda tandas rupanya. “tuhanku dalam
termangu aku masih mengingat namamu” deru dari dada seorang penyair merambat
pada dadaku. siapa yang harus aku bunuh? masih tak ada jawaban rupanya. sampai
aku jadi arang dan abu. seperti kata pepatah “menang jadi arang kalah jadi abu”
0 komentar: