Ia Ingin Membunuhku Dengan Buku

13.09 0 Comments






Ia membunuhku dengan cara diam-diam. Lewat buku yang aku pinjam- sebetulnya ingin aku pinjam. Kebetulan buku itu sudah menjadi incaranku sejak lama, mungkin karena kantong tipis aku tidak bisa pernah membelinya. Aku suka cara penceritaannya dalam bertutur yang ada didalamnya. Sedikit lebih romantis dan apa adanya. Mungkin itu kejujuran sang penulis. Juga dalam beberapa kalimatnya aku menduga itulah si penulis yang berusaha menggeluarkan keluh kesahnya beberapa kali ia kecewa.

Penulis buku itu tampak begitu cerdas dan cakap. Tak ada penulis yang segila itu, tampak lebih natural aja. Aku hanya punya dua buku karangannya. Dan itu buku yang tampak romantis. Buku sastra yang tidak jauh dari kata pengulangan para penulis lainnya: cinta. Tapi lihat dia membukusnya sangat rapi. Cerpen yang puitis atau puisi dalam cerpen? Itulah pertanyaan yang sekian kali aku lontarkan dalam benak.

Aku menangkap pemindahan tempat yang sangat unik. Dialog yang segar dan lain sebagainya telah aku temukan ke dua buku yang aku punya. Sisi jenaka dan ada kritik sosial pula, lihat bagaimana itu masuk kedalam kisah romantis (novel cinta) yang memuat patah hati, jatuh cinta dll. Itu luar biasa. titik inilah yang kemudian menjadi favoritku.

Tapi kawanku-si empunya buku yang ingin aku pinjam- benar-benar kurang ajar. Bagaimana tidak? Ia membacakan beberapa buku itu dan mengirimnya lewat voicenote aja. Itu terasa ngilu juga romantis. Ngilu: karena itu membuatku penasaran dan aku tak ingin mati karena ini. sudah terlalu banyak penasaran yang masuk ke diriku. Romantis: Ya bagaimana lagi jomblo ga’ punya kerjaan dapat kiriman kata-kata indah semacam itu. “Aku bicara soal ingatan dan beberapa hujan yang kenapa ia kekal dalam ingatan.....” kira-kira begitu kata-kata itu ia kirim kepadaku. Dengan suara lembut dan centil. Itu romantis dan ngilu sekali lagi.

Jadi rasanya aku mengingat kembali kata-kataku. “Seperti penjual ikan yang menyimpan pegal disekujur tubuhnya.” Dia gila bukan. Membuatku seperti ini. Apalagi hari ini aku ingin pergi kerumah pacar, dan gagal karena sebuah buku. Aku gila dan dia juga lebih edan. Membunuh teman sendiri semacam ini.  

Padahal aku sudah tegaskan bahwa aku tidak ingin mati karena kata “penasaran”. Bahkan aku sempat merayunya “kau tidak pantas jadi pembunuh”, tapi apa yang aku dapat. Ia terus membrondong semacam senapan saja dengan mengirim kata-kata yang dikemas dengan suara centil. Itu membuatku ngilu. Tak ada kata selain kampret, wedus, asem dan lain sebagainya karena ini. Ia telah membunuhku dengan membuatku penasaran dengan isi buku yang ia punya.


Dan ingin saya tegaskan lagi kata-kataku: Kampret. Aku gagal ke rumah pacar karena ini: ingin di bunuh secara diam diam oleh sahabat sendiri....

afifi

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard. Google

0 komentar: